Kisahku KKN di Miangas, Pulau Paling Utara Negeri Ini
Tahun 2015 lalu lewat satu program KKN (Kuliah Kerja Nyata), dari Kota Makassar saya ke Pulau Miangas, Sulawesi Utara bersama-sama beberapa puluh teman-teman serta seorang dosen untuk supervisor. Miangas ialah pulau paling utara negeri ini, bersebelahan langsung dengan Filipina.
Bonus Permainan Slot Yang Disukai Pemain |
Semenjak pertama-tama menginjakan kaki disana, saya telah dibikin takjub oleh ketertarikan serta keramahan masyarakat Miangas yang menyongsong kami tiba.
Kapal yang kami naiki bertumpu di Dermaga Miangas pada larut malam, tapi tetap masyarakat tiba bersama-sama untuk menyongsong kami.
Sebelum istirahat, kami disajikan makanan serta teh hangat oleh ibu-ibu disana untuk melepas capek sesudah perjalanan jauh memakai kapal laut yang memerlukan waktu hampir 8 hari dari Kota Makassar sampai Pulau Miangas.
Sesaat beberapa pemuda menolong kami mengusung beberapa barang bawaan. Tentunya saya tidak menyangka kami akan di sambut semacam ini.
Kami jalani saat-saat dedikasi disana dengan benar-benar membahagiakan. Bagaimana tidak, semenjak hari pertama mengawali pekerjaan KKN, masyarakat Miangas memperlihatkan satu keramahan serta akseptasi yang mengagumkan.
Waktu itu, Pulau Miangas mempunyai jumlah Masyarakat seputar 800 jiwa. Miangas pulau sekaligus juga kecamatan dan desa. Gampangnya semacam ini: Pulau Miangas, Kecamatan Spesial Miangas, Desa Miangas.
Yah Miangas ialah kecamatan spesial dalam daerah administratif di Sulawesi Utara. Miangas jadi spesial sebab pulaunya yang kecil serta benar-benar jauh dari pulau-pulau yang lain.
Miangas ialah pulau yang tawarkan keelokan alam yang betul-betul menganakemaskan mata. Pantai dengan pasir putih, pohon kelapa yang berjejeran di tepi pantai yang dapat kami mengambil buahnya kapan saja kami ingin.
Disamping itu, pasti ada juga keelokan laut biru yang tetap merayu untuk berenang atau menyelam untuk sebatas lihat keelokan bawah lautnya. Kecuali keelokan alamnya, Miangas memberi satu pelajaran bernilai buat kami.
Pelajaran bernilai itu ialah toleransi. Masyarakat Miangas ialah sebagian besar berlagakma Kristen. Seingat saya cuma ada dua keluarga yang berlagakma Islam waktu itu.
Semenjak awal, mereka terima kami tanpa ada lihat background agama. Mereka mempersiapkan mushola untuk dapat sholat, meskipun mushola itu juga kami gunakan cuma untuk shalat jumat.
Makanan kami dengan mereka juga dibagi sebab umumnya pasti ada makanan yang haram hukumnya dikonsumsi oleh yang berlagakma islam.
Saya memperhatikan sehari-harinya masyarakat hampir sama dengan kehidupan warga di desa yang lain ada di tepi laut. Warga Miangas biasanya hidup dengan jadi nelayan serta bercocok tanam.
Saat pagi hari, beberapa anak dari SD sampai SMK (di Miangas cuma ada SMK jurusan pemrosesan hasil perikanan) akan ke sekolah. Bapak-bapak disana akan ke laut untuk cari ikan atau apa saja dari laut yang dapat dikonsumsi. Terkadang beberapa bapak itu akan bawa pulang kepiting, gurita, atau lobster untuk dikonsumsi setiap hari.
Di Miangas tidak ada pasar untuk menjual hasil laut seperti di wilayah lain, cuma ada warung-warung kecil yang jual keperluan primer seperti beras, minuman-minuman, makanan ringan, dan sebagainya.
Mereka beli keperluan primer itu dari pulau yang lain, umumnya dari Kota Bitung. Sesaat Ibu-ibu disana kerja seperti biasa seorang ibu rumah-tangga.
Hal yang cukup tidak sama berlangsung pada sore hari. Pemuda-pemuda disana akan isi waktu untuk berolahraga; sepak bola, voli, sepak takraw. Hampir tiap hari. Jadi jangan bingung jika ke Miangas selanjutnya lihat pemuda-pemuda disana benar-benar berpotensi pada bagian-bagian olahraga itu.
Bentuk badan mereka disana bagus. Lumrah saja bila sesudah menamatkan sekolah di SMK banyak lelaki yang daftarkan diri jadi tentara atau polisi.
Jadi di Pulau Miangas ada camat serta kades. Kecuali ke-2 petinggi pemerintahan itu, ada yang namanya 'Mangkubumi'. Semacami ketua tradisi atau semacamnya.
Dalam sehari-harinya disana, hal penting tetapi simpel yang perlu kami kerjakan ialah sama-sama menegur. Contohnya semacam ini, "selamat pagi bapak, selamat siang mama, atau selamat malam kakak".
Panggilan kami pasti dibalas dengan senyum serta perkataan yang serupa dari masyarakat. Biasa lebih dari itu, kami akan dipanggil ke rumah mereka untuk berkunjung makan atau minum teh. Benar-benar satu kejadian sosial yang susah diketemukan dalam kehidupan kota.